Chapter 1 : Prolog
Beberapa bulan setelah Tragedi di Kota Toronto, tepatnya 2 bulan setelah kejadian itu. Amerika dan Negara Barat lainnya sudah tidak punya harapan lagi, Afrika pun tak terdengar lagi kabarnya. Mereka kebanyakan mengungsi ke Negara – negara Asia, karena daerah yang masih Nampak kehidupannya hanyalah Timur Tengah dan sebagian besar Asia.
Indonesia, ini Negara tempat David tinggal, May dan adiknya Dodi, Aku dan temanku, serta seorang perawat bernama suster Lisa dan yang lainnya hanyalah Segelintir orang yang berhasil Survive dari Wabah yg melanda Indonesia. Untuk sementara ini, Ya, karena masalah ini belum selesai.
Tak terasa sudah hampir setengah tahun kami berkeliling dunia untuk mencari tempat yang aman dari wabah yang mengerikan ini.
Keluarga kami sebagian hilang dan terpisah, dan sebagian lagi tewas, namun tidak benar-benar tewas, karena mereka yang mati dan terinfeksi umumnya menjadi mayak hidup/zombie yang tak pernah merasa kenyang akan hasrat dasar manusia, yaitu Makan. Mereka selalu ingin menyantap apa saja yang terlihat bergerak dan Hidup, inilah Kengerian yang sesungguhnya dari Bencana Global ini.
Keluarga May, ayah dan ibunya pun jadi korban. Mereka berubah menjadi Zombie setelah insiden di sebuah bandara yang rencana nya akan menjadi pemberangkatan mereka untuk meninggalkan Indonesia.
Namun karena Insiden itu, pihak penerbangan menerbangkan paksa pesawat-pesawat penyelamat dan meninggalkan Keluarga May dan mereka yang kurang beruntung. Bersama rombongan lainnya keluarga Ami menyebrang ke pulau tempat aku tinggal, dan di jembatan penyebrangan itulah May bertemu dengan David.
Setelah sampai di pulau tujuan aku bertemu dengan kelompok mereka, dan kami pun bersama-sama berkeliling dunia, berpetualang, mencari tempat aman dan layak untuk kehidupan kami selanjutnya.
---------------------------------------------------------------------------------
Kurasa sudah cukup prolog nya ….. aku akan mulai bercerita di chapter 2. Nantikan saja kelanjutannya ^_^
Moe FanFiction Chamber
Cerita Fiksi, Belantara Imajinasi
Selasa, 22 Maret 2011
Jumat, 18 Maret 2011
One Piece Fanfic [Chapter 1] Flu Berdarah
Disclaimer : I do not own any but this fic. One Piece belongs to Eiichiro Oda.
-------------------------------------------------
Sanji adalah aset berharga bagi Luffy. Tentu saja yang lain juga berharga, tapi Sanji spesial. Karena dia adalah koki, dan Luffy suka makan. Sanji mampu memuaskan nafsu makan Luffy yang menggunung dan ekstrim. Bahkan Luffy seringkali memuji "Terima kasih atas kerja kerasmu, memasakkan makanan untukku, Sanji!"
Dan Sanji membentak. "Enak saja! Aku hanya memasak untuk Nami-swan dan Robin-cwan!"
Lalu Sanji meletakkan hidangan elite kelas tinggi dengan nama Prancis yang saya sendiri tidak tahu apa. "Silahkan, Nami-swan, Robin-cwan…"
Kedua gadis itu berterima kasih pada Sanji yang memperlakukan mereka dengan ramah.
Namun belakangan ini …
Luffy tidak lagi memuji masakan Sanji. Ia cemberut. "Makananmu tidak enak, Sanji. Sebenarnya kau kenapa?"
Sanji berjalan dengan langkah terhuyung sambil menghampiri meja yang sedang diduduki oleh Nami dan Robin. "Aku…baik-baik saja…"
Namun langkahnya tidak sependapat dengannya. Ia terantuk langkahnya sendiri dan terjatuh.
Nami dan Robin terkejut. "Tuan koki..!"
"Ah, Sanji-kun?"
Tapi karena Sanji tahu bahwa posisi jatuhnya kurang enak, ia maju lagi dua langkah kemudian baru terjatuh menubruk Nami.
"Ahh..!" Nami terkejut karena tertimpa tubuh Sanji.
Gubrak! Krompyang!
Nami berusaha mengangkat tubuh Sanji yang menindihnya. "Sanji-kun, kau kenapa? Bangun, hei…kau berat."
"Maafkan aku, Nami-swan…aku…sepertinya …..flu…." Saat Sanji mengangkat kepalanya, terlihatlah ada darah mengalir deras dari hidungnya.
Semua orang yang melihatnya terkejut.
"Darah!"
"Flu nya sampai berdarah!"
"Sanji benar-benar sakit parah!"
Melihat ini, Chopper berkeringat dingin dengan tegang. "Gawat…aku baru kali ini melihat ada flu seaneh ini! Aku sudah sering melihat ingus! Warna putih, biru, hijau…tapi baru kali ini aku melihat ingus berwarna merah! Harus kuteliti…!"
Nami masih berusaha keras mengangkat tubuh Sanji yang menindihnya. Sementara Sanji keenakan. "Oh, Nami-swan…maafkan aku…aku sedang lemah…"
"Ugh… ini sih bukan flu!" gerutu Nami sambil mendorong dagu Sanji yang hidungnya sudah kembang kempis.
"Mesum." Komentar Zoro sambil menegak anggurnya.
Seketika, Sanji langsung berdiri sambil marah. "Siapa yang kau sebut mesum ha!"
"Tidak ada." Jawab Zoro cuek.
Sanji kembali lemas. Kali ini dia hendak terjatuh ke atas Robin. "Robin-cwan … aku merasa lemas… aku…tidak sanggup lagi…"
Robin cepat-cepat mengeluarkan ribuan tangannya untuk menahan Sanji agar tidak menimpanya seperti Nami. "Tuan koki, anda harus beristirahat."
Chopper setuju. "Aku juga harus mencari tahu. Darimana ingus merah itu berasal."
Brook dengan antusias berdiri meninggalkan meja dan kopinya. "Ah, aku bantu kalian mengantar Sanji."
Nami berdiri dan berlari mengejar rombongan yang mengantar Sanji ke ruangan klinik. "Gawat kalau sampai Sanji-kun sakit. Aku harus memastikan dia beristirahat."
Sanji segera dibaringkan di kasur klinik. Dengan wajah berbunga-bunga, Sanji berkata "Oh… ada empat Nami-swan mengantarku ke pembaringan…."
Karena Sanji tidak bisa diam, hendak menggapai-gapai sosok yang dilihatnya sebagai Nami, maka Franky menahan tubuh kurusnya dengan satu tangan besarnya. Sanji tidak lagi bergerak-gerak. "Ah, Nami-swan … tanganmu kok jadi kuat sekali?"
Tapi tidak ada yang mendengarkan dia karena Choper, Brook, Nami dan Franky sedang berdiskusi.
Nami : "Dia mulai berhalusinasi."
Choper : "Ini sangat parah. Dan aku yakin ia terserang virus berbahaya."
Karena Sanji mencium-cium tangan Franky, Franky menarik tangannya. "Kemarilah Nami-swan…kita akan terbang bersama ke surga…"
Nami menghampiri Sanji dengan wajah serius lalu berkata. "Kuharap kau lekas sembuh, Sanji-kun."
"Ah…tentu saja. Terima kasih, Nami-swann..!" Sanji terbang untuk memeluk Nami. Tapi bersamaan dengan itu, Nami membalikkan tubuhnya dan berlalu.
Brook tertangkap.
"Nami-swan? Kok tubuhmu jadi tulang semua? Kalau aku sembuh aku akan memasakkanmu makanan yang berlemak agar kau berisi sedikit." Kata Sanji sambil memeluk erat Brook.
Brook menjadi panik. "Wah! Aku bukan Nami! Aku Brook!"
Tapi Sanji tidak sadar. "Suaramu juga jadi aneh. Biar aku buatkan lemon es kalau aku sudah sehat nanti. Tapi sementara itu…kita berduaan saja dulu yah…"
Nami berkata pada Chopper. "Aku mengandalkanmu di sini. Tolong cepat kau sembuhkan Sanji-kun."
Chopper mengangguk.
Brook menggapai-gapai Franky. "Eghh tolong aku…!"
Franky ketakutan sendiri lalu dia pergi menjauh dan akhirnya keluar dari klinik mengikuti Nami yang hendak menyampaikan kabar buruk itu.
"Sanji-kun…" kata Nami sambil melirik Luffy. Matanya berlinang air mata dan terlihat berduka. "Sanji-kun…dia … Akan sakit selama satu minggu…!"
Nami menangis berlinang air mata seperti seorang drama queen yang sedang berakting di atas panggung. "Oh…kenapa ini menimpaku…huhuhu…"
Luffy membesarkan hati Nami. Ia menepuk bahu Nami. "Tenanglah Nami. Chopper dokter hebat. Dia pasti bisa menyembuhkan Sanji lebih cepat dari yang seharusnya."
Nami mengangkat wajahnya dan melirik Luffy dengan tatapan malas. Kemudian ia menangis lagi. "Uhuhuhuhu…"
Franky mengusap air matanya dan berkata pada Zoro. "Ohhh sungguh mengharukan…! Ternyata Nami yang selama ini berhati kejam bisa memikirkan Sanji..!"
Zoro hanya manyun melihat adegan itu. "Perempuan itu setan, tau. Dia menangis karena dia tahu kalau Sanji sakit, dia yang masak untuk kita. Dan kau tahu sendiri, memasak untuk kru ini kesulitan utamanya ada dimana…"
Robin menatap Luffy lalu melanjutkan ucapan Zoro. "…aku berharap Sanji dan Nami tidak sakit pada saat yang sama…."
Zoro melirik Robin. "Mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa masak."
-------------------------------------------------
Sanji adalah aset berharga bagi Luffy. Tentu saja yang lain juga berharga, tapi Sanji spesial. Karena dia adalah koki, dan Luffy suka makan. Sanji mampu memuaskan nafsu makan Luffy yang menggunung dan ekstrim. Bahkan Luffy seringkali memuji "Terima kasih atas kerja kerasmu, memasakkan makanan untukku, Sanji!"
Dan Sanji membentak. "Enak saja! Aku hanya memasak untuk Nami-swan dan Robin-cwan!"
Lalu Sanji meletakkan hidangan elite kelas tinggi dengan nama Prancis yang saya sendiri tidak tahu apa. "Silahkan, Nami-swan, Robin-cwan…"
Kedua gadis itu berterima kasih pada Sanji yang memperlakukan mereka dengan ramah.
Namun belakangan ini …
Luffy tidak lagi memuji masakan Sanji. Ia cemberut. "Makananmu tidak enak, Sanji. Sebenarnya kau kenapa?"
Sanji berjalan dengan langkah terhuyung sambil menghampiri meja yang sedang diduduki oleh Nami dan Robin. "Aku…baik-baik saja…"
Namun langkahnya tidak sependapat dengannya. Ia terantuk langkahnya sendiri dan terjatuh.
Nami dan Robin terkejut. "Tuan koki..!"
"Ah, Sanji-kun?"
Tapi karena Sanji tahu bahwa posisi jatuhnya kurang enak, ia maju lagi dua langkah kemudian baru terjatuh menubruk Nami.
"Ahh..!" Nami terkejut karena tertimpa tubuh Sanji.
Gubrak! Krompyang!
Nami berusaha mengangkat tubuh Sanji yang menindihnya. "Sanji-kun, kau kenapa? Bangun, hei…kau berat."
"Maafkan aku, Nami-swan…aku…sepertinya …..flu…." Saat Sanji mengangkat kepalanya, terlihatlah ada darah mengalir deras dari hidungnya.
Semua orang yang melihatnya terkejut.
"Darah!"
"Flu nya sampai berdarah!"
"Sanji benar-benar sakit parah!"
Melihat ini, Chopper berkeringat dingin dengan tegang. "Gawat…aku baru kali ini melihat ada flu seaneh ini! Aku sudah sering melihat ingus! Warna putih, biru, hijau…tapi baru kali ini aku melihat ingus berwarna merah! Harus kuteliti…!"
Nami masih berusaha keras mengangkat tubuh Sanji yang menindihnya. Sementara Sanji keenakan. "Oh, Nami-swan…maafkan aku…aku sedang lemah…"
"Ugh… ini sih bukan flu!" gerutu Nami sambil mendorong dagu Sanji yang hidungnya sudah kembang kempis.
"Mesum." Komentar Zoro sambil menegak anggurnya.
Seketika, Sanji langsung berdiri sambil marah. "Siapa yang kau sebut mesum ha!"
"Tidak ada." Jawab Zoro cuek.
Sanji kembali lemas. Kali ini dia hendak terjatuh ke atas Robin. "Robin-cwan … aku merasa lemas… aku…tidak sanggup lagi…"
Robin cepat-cepat mengeluarkan ribuan tangannya untuk menahan Sanji agar tidak menimpanya seperti Nami. "Tuan koki, anda harus beristirahat."
Chopper setuju. "Aku juga harus mencari tahu. Darimana ingus merah itu berasal."
Brook dengan antusias berdiri meninggalkan meja dan kopinya. "Ah, aku bantu kalian mengantar Sanji."
Nami berdiri dan berlari mengejar rombongan yang mengantar Sanji ke ruangan klinik. "Gawat kalau sampai Sanji-kun sakit. Aku harus memastikan dia beristirahat."
Sanji segera dibaringkan di kasur klinik. Dengan wajah berbunga-bunga, Sanji berkata "Oh… ada empat Nami-swan mengantarku ke pembaringan…."
Karena Sanji tidak bisa diam, hendak menggapai-gapai sosok yang dilihatnya sebagai Nami, maka Franky menahan tubuh kurusnya dengan satu tangan besarnya. Sanji tidak lagi bergerak-gerak. "Ah, Nami-swan … tanganmu kok jadi kuat sekali?"
Tapi tidak ada yang mendengarkan dia karena Choper, Brook, Nami dan Franky sedang berdiskusi.
Nami : "Dia mulai berhalusinasi."
Choper : "Ini sangat parah. Dan aku yakin ia terserang virus berbahaya."
Karena Sanji mencium-cium tangan Franky, Franky menarik tangannya. "Kemarilah Nami-swan…kita akan terbang bersama ke surga…"
Nami menghampiri Sanji dengan wajah serius lalu berkata. "Kuharap kau lekas sembuh, Sanji-kun."
"Ah…tentu saja. Terima kasih, Nami-swann..!" Sanji terbang untuk memeluk Nami. Tapi bersamaan dengan itu, Nami membalikkan tubuhnya dan berlalu.
Brook tertangkap.
"Nami-swan? Kok tubuhmu jadi tulang semua? Kalau aku sembuh aku akan memasakkanmu makanan yang berlemak agar kau berisi sedikit." Kata Sanji sambil memeluk erat Brook.
Brook menjadi panik. "Wah! Aku bukan Nami! Aku Brook!"
Tapi Sanji tidak sadar. "Suaramu juga jadi aneh. Biar aku buatkan lemon es kalau aku sudah sehat nanti. Tapi sementara itu…kita berduaan saja dulu yah…"
Nami berkata pada Chopper. "Aku mengandalkanmu di sini. Tolong cepat kau sembuhkan Sanji-kun."
Chopper mengangguk.
Brook menggapai-gapai Franky. "Eghh tolong aku…!"
Franky ketakutan sendiri lalu dia pergi menjauh dan akhirnya keluar dari klinik mengikuti Nami yang hendak menyampaikan kabar buruk itu.
"Sanji-kun…" kata Nami sambil melirik Luffy. Matanya berlinang air mata dan terlihat berduka. "Sanji-kun…dia … Akan sakit selama satu minggu…!"
Nami menangis berlinang air mata seperti seorang drama queen yang sedang berakting di atas panggung. "Oh…kenapa ini menimpaku…huhuhu…"
Luffy membesarkan hati Nami. Ia menepuk bahu Nami. "Tenanglah Nami. Chopper dokter hebat. Dia pasti bisa menyembuhkan Sanji lebih cepat dari yang seharusnya."
Nami mengangkat wajahnya dan melirik Luffy dengan tatapan malas. Kemudian ia menangis lagi. "Uhuhuhuhu…"
Franky mengusap air matanya dan berkata pada Zoro. "Ohhh sungguh mengharukan…! Ternyata Nami yang selama ini berhati kejam bisa memikirkan Sanji..!"
Zoro hanya manyun melihat adegan itu. "Perempuan itu setan, tau. Dia menangis karena dia tahu kalau Sanji sakit, dia yang masak untuk kita. Dan kau tahu sendiri, memasak untuk kru ini kesulitan utamanya ada dimana…"
Robin menatap Luffy lalu melanjutkan ucapan Zoro. "…aku berharap Sanji dan Nami tidak sakit pada saat yang sama…."
Zoro melirik Robin. "Mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa masak."
Cerita Pendek
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Asal-usul
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau Mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
Asal-usul
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.
Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau Mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
Langganan:
Postingan (Atom)