Halaman

Jumat, 18 Maret 2011

One Piece Fanfic [Chapter 1] Flu Berdarah

Disclaimer : I do not own any but this fic. One Piece belongs to Eiichiro Oda.
-------------------------------------------------
Sanji adalah aset berharga bagi Luffy. Tentu saja yang lain juga berharga, tapi Sanji spesial. Karena dia adalah koki, dan Luffy suka makan. Sanji mampu memuaskan nafsu makan Luffy yang menggunung dan ekstrim. Bahkan Luffy seringkali memuji "Terima kasih atas kerja kerasmu, memasakkan makanan untukku, Sanji!"

Dan Sanji membentak. "Enak saja! Aku hanya memasak untuk Nami-swan dan Robin-cwan!"

Lalu Sanji meletakkan hidangan elite kelas tinggi dengan nama Prancis yang saya sendiri tidak tahu apa. "Silahkan, Nami-swan, Robin-cwan…"

Kedua gadis itu berterima kasih pada Sanji yang memperlakukan mereka dengan ramah.

Namun belakangan ini …

Luffy tidak lagi memuji masakan Sanji. Ia cemberut. "Makananmu tidak enak, Sanji. Sebenarnya kau kenapa?"

Sanji berjalan dengan langkah terhuyung sambil menghampiri meja yang sedang diduduki oleh Nami dan Robin. "Aku…baik-baik saja…"

Namun langkahnya tidak sependapat dengannya. Ia terantuk langkahnya sendiri dan terjatuh.

Nami dan Robin terkejut. "Tuan koki..!"

"Ah, Sanji-kun?"

Tapi karena Sanji tahu bahwa posisi jatuhnya kurang enak, ia maju lagi dua langkah kemudian baru terjatuh menubruk Nami.

"Ahh..!" Nami terkejut karena tertimpa tubuh Sanji.

Gubrak! Krompyang!

Nami berusaha mengangkat tubuh Sanji yang menindihnya. "Sanji-kun, kau kenapa? Bangun, hei…kau berat."

"Maafkan aku, Nami-swan…aku…sepertinya …..flu…." Saat Sanji mengangkat kepalanya, terlihatlah ada darah mengalir deras dari hidungnya.

Semua orang yang melihatnya terkejut.

"Darah!"

"Flu nya sampai berdarah!"

"Sanji benar-benar sakit parah!"

Melihat ini, Chopper berkeringat dingin dengan tegang. "Gawat…aku baru kali ini melihat ada flu seaneh ini! Aku sudah sering melihat ingus! Warna putih, biru, hijau…tapi baru kali ini aku melihat ingus berwarna merah! Harus kuteliti…!"

Nami masih berusaha keras mengangkat tubuh Sanji yang menindihnya. Sementara Sanji keenakan. "Oh, Nami-swan…maafkan aku…aku sedang lemah…"

"Ugh… ini sih bukan flu!" gerutu Nami sambil mendorong dagu Sanji yang hidungnya sudah kembang kempis.

"Mesum." Komentar Zoro sambil menegak anggurnya.

Seketika, Sanji langsung berdiri sambil marah. "Siapa yang kau sebut mesum ha!"

"Tidak ada." Jawab Zoro cuek.

Sanji kembali lemas. Kali ini dia hendak terjatuh ke atas Robin. "Robin-cwan … aku merasa lemas… aku…tidak sanggup lagi…"

Robin cepat-cepat mengeluarkan ribuan tangannya untuk menahan Sanji agar tidak menimpanya seperti Nami. "Tuan koki, anda harus beristirahat."

Chopper setuju. "Aku juga harus mencari tahu. Darimana ingus merah itu berasal."

Brook dengan antusias berdiri meninggalkan meja dan kopinya. "Ah, aku bantu kalian mengantar Sanji."

Nami berdiri dan berlari mengejar rombongan yang mengantar Sanji ke ruangan klinik. "Gawat kalau sampai Sanji-kun sakit. Aku harus memastikan dia beristirahat."

Sanji segera dibaringkan di kasur klinik. Dengan wajah berbunga-bunga, Sanji berkata "Oh… ada empat Nami-swan mengantarku ke pembaringan…."

Karena Sanji tidak bisa diam, hendak menggapai-gapai sosok yang dilihatnya sebagai Nami, maka Franky menahan tubuh kurusnya dengan satu tangan besarnya. Sanji tidak lagi bergerak-gerak. "Ah, Nami-swan … tanganmu kok jadi kuat sekali?"

Tapi tidak ada yang mendengarkan dia karena Choper, Brook, Nami dan Franky sedang berdiskusi.

Nami : "Dia mulai berhalusinasi."

Choper : "Ini sangat parah. Dan aku yakin ia terserang virus berbahaya."

Karena Sanji mencium-cium tangan Franky, Franky menarik tangannya. "Kemarilah Nami-swan…kita akan terbang bersama ke surga…"

Nami menghampiri Sanji dengan wajah serius lalu berkata. "Kuharap kau lekas sembuh, Sanji-kun."

"Ah…tentu saja. Terima kasih, Nami-swann..!" Sanji terbang untuk memeluk Nami. Tapi bersamaan dengan itu, Nami membalikkan tubuhnya dan berlalu.

Brook tertangkap.

"Nami-swan? Kok tubuhmu jadi tulang semua? Kalau aku sembuh aku akan memasakkanmu makanan yang berlemak agar kau berisi sedikit." Kata Sanji sambil memeluk erat Brook.

Brook menjadi panik. "Wah! Aku bukan Nami! Aku Brook!"

Tapi Sanji tidak sadar. "Suaramu juga jadi aneh. Biar aku buatkan lemon es kalau aku sudah sehat nanti. Tapi sementara itu…kita berduaan saja dulu yah…"

Nami berkata pada Chopper. "Aku mengandalkanmu di sini. Tolong cepat kau sembuhkan Sanji-kun."

Chopper mengangguk.

Brook menggapai-gapai Franky. "Eghh tolong aku…!"

Franky ketakutan sendiri lalu dia pergi menjauh dan akhirnya keluar dari klinik mengikuti Nami yang hendak menyampaikan kabar buruk itu.

"Sanji-kun…" kata Nami sambil melirik Luffy. Matanya berlinang air mata dan terlihat berduka. "Sanji-kun…dia … Akan sakit selama satu minggu…!"

Nami menangis berlinang air mata seperti seorang drama queen yang sedang berakting di atas panggung. "Oh…kenapa ini menimpaku…huhuhu…"

Luffy membesarkan hati Nami. Ia menepuk bahu Nami. "Tenanglah Nami. Chopper dokter hebat. Dia pasti bisa menyembuhkan Sanji lebih cepat dari yang seharusnya."

Nami mengangkat wajahnya dan melirik Luffy dengan tatapan malas. Kemudian ia menangis lagi. "Uhuhuhuhu…"

Franky mengusap air matanya dan berkata pada Zoro. "Ohhh sungguh mengharukan…! Ternyata Nami yang selama ini berhati kejam bisa memikirkan Sanji..!"

Zoro hanya manyun melihat adegan itu. "Perempuan itu setan, tau. Dia menangis karena dia tahu kalau Sanji sakit, dia yang masak untuk kita. Dan kau tahu sendiri, memasak untuk kru ini kesulitan utamanya ada dimana…"

Robin menatap Luffy lalu melanjutkan ucapan Zoro. "…aku berharap Sanji dan Nami tidak sakit pada saat yang sama…."

Zoro melirik Robin. "Mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa masak."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar